MEMILIH INSTRUMEN INVESTASI: Asuransi Unit Link vs Reksadana
9:33 AM
Utangpiutang.com - Anda yang memiliki penghasilan,
tentu sebaiknya menyisihkan sebagian pendapatan untuk dapat di tabung. Tetapi
penting juga bagi Anda untuk dapat menyisihkan pendapatan untuk di investasikan
guna memperoleh keuntungan di masa depan. Selain itu,
dimasa kini pun semakin banyak kaum muda, baik pria maupun wanita mulai
menyadari pentingnya menyisihkan penghasilan untuk diinvestasikan.
Memilih Instrumen Investasi |
Saat ini di Indonesia banyak dipasarkan instrument
investasi yang dapat Anda pilih sepeti maraknya pemasaran produk-produk
asuransi unit link. Unit link adalah produk asuransi yang menggabungkan layanan
asuransi dan investasi sekaligus. Dengan menjadi nasabah asuransi unit link,
seseorang bisa mendapatkan manfaat ganda yaitu perlindungan asuransi dan
investasi. Produk asuransi yang ditawarkan bisa berbentuk asuransi kesehatan
atau asuransi jiwa, tetapi biasanya dipasarkan dalam kemasan yang lebih menarik
bagi masyarakat: misalnya tabungan masa depan atau asuransi pendidikan.
Seperti
halnya asuransi biasa, nasabah asuransi unit link membayar premi setiap jangka
waktu tertentu, biasanya bulanan. Perbedaannya, nasabah unit link membayar
premi dalam dua porsi: porsi premi perlindungan dan porsi investasi. Premi
perlindungan berfungsi sama dengan premi pada asuransi biasa. Sedangkan porsi
investasi akan disetorkan oleh perusahaan asuransi kepada manajer investasi
untuk dikelola. Pada produk-produk tertentu, jika nantinya tingkat pengembalian
dari nilai investasi bisa menutupi biaya premi, maka nasabah memiliki pilihan
untuk tidak membayar premi.
Sebagian
besar perusahaan-perusahaan jasa manajer investasi ini biasanya memiliki produk
reksadana retail yang ditawarkan ke masyarakat. Ini yang membuat saya berpikir
keuntungan dan kerugian mengikuti layanan asuransi dan reksadana secara
terpisah, ketimbang mengikuti layanan unit link yang menggabungkan kedua jenis
layanan tersebut.
Menjadi
nasabah investasi unit link dan reksadana sebenarnya tidak jauh berbeda. Dalam
keduanya, nasabah diminta untuk memilih kemana dana yang di setorkan akan
di investasikan. Pilihan yang disediakan adalah ekuitas (saham), fixed income
(pendapatan tetap), pasar uang atau kombinasi di antaranya. Keduanya sama-sama
memiliki resiko yang kurang lebih sama, tergantung dari jenis investasi yang
dipilih. Tetapi tentunya bukannya tidak ada perbedaan sama sekali. Dan hal
tersebut dapat dilihat dari laporan perkembangan unit link dan reksadana yang
dipasarkan.
Besar Biaya Akuisisi
Biasanya,
asuransi unit link dipasarkan secara sangat agresif, tidak jarang menggunakan
sistem pemasaran langsung. Di sisi lain, manager investasi minim melakukan
pemasaran. Pemasaran yang agresif bisa menjaring lebih banyak nasabah, tetapi
biaya akuisisi akan semakin tinggi dan biaya ini tetap akan dibebankan kepada
nasabah.
Sebagai
contoh, salah satu produk asuransi link unit membebankan biaya akuisisi kepada
nasabah sebesar 41% dari setoran porsi premi asuransi untuk lima tahun pertama.
Biaya ini kemudian akan ditalangi dengan tidak memberikan sebagian manfaat
asuransi pada tahun pertama dan sisanya kemudian dibebankan pada setoran porsi
investasi pada tahun berikutnya.
Transparansi
Reksadana biasanya jauh lebih transparan daripada produk investasi yang ada dalam unit link. Biasanya, nasabah reksadana dapat dengan mudah mengetahui informasi-informasi seperti sejarah perkembangan investasi, resiko, alokasi aset, biaya jasa pengelolaan dan sebagainya. Sedangkan dalam unit link, seringkali sulit untuk mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan manajer investasi beserta biaya dan kinerjanya. Kebanyakan agen asuransi biasanya lebih banyak berkutat pada ilustrasi yang abstrak tanpa dengan jelas memberi tahu parameter-parameter pembentuk ilustrasi tersebut. Terlebih lagi, calon nasabah yang awam tidak memiliki pembanding yang cukup untuk menilai kualitas yang diberikan oleh ilustrasi tersebut.
Transparansi
Reksadana biasanya jauh lebih transparan daripada produk investasi yang ada dalam unit link. Biasanya, nasabah reksadana dapat dengan mudah mengetahui informasi-informasi seperti sejarah perkembangan investasi, resiko, alokasi aset, biaya jasa pengelolaan dan sebagainya. Sedangkan dalam unit link, seringkali sulit untuk mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan manajer investasi beserta biaya dan kinerjanya. Kebanyakan agen asuransi biasanya lebih banyak berkutat pada ilustrasi yang abstrak tanpa dengan jelas memberi tahu parameter-parameter pembentuk ilustrasi tersebut. Terlebih lagi, calon nasabah yang awam tidak memiliki pembanding yang cukup untuk menilai kualitas yang diberikan oleh ilustrasi tersebut.
Pada
produk unit link ada lebih banyak variabel yang berperan. Hal ini menjadikan
ilustrasi yang diberikan oleh penyedia layanan asuransi menjadi sangat rumit,
terutama bagi calon nasabah yang belum mengenal asuransi dan/atau reksadana.
Jika calon nasabah tidak cukup jeli dalam menganalisis ilustrasi yang
diberikan, bukan tidak mungkin akan ada biaya-biaya siluman yang tidak disadari
oleh calon nasabah. Tidak jarang, biaya-biaya ini baru diketahui nasabah
pertama kali dari polis yang didapatkan, atau bahkan ketika biaya tersebut
dibebankan kepada nasabah.
Pada unit
link, akan menjadi sangat sulit bagi calon nasabah untuk membandingkan satu
layanan asuransi unit link dengan layanan unit link lainnya karena sistem yang
digunakan bisa jadi jauh berbeda. Membandingkan dua atau lebih layanan asuransi
biasa sudah cukup rumit tanpa harus dicekcoki dengan berbagai macam urusan
investasi yang nyatanya tidak benar-benar terpisah dengan asuransi.
Dengan
memisahkan asuransi dan reksadana, perhitungan yang perlu dilakukan oleh
nasabah akan menjadi jauh lebih transparan dan sederhana.
Perhitungan Inflasi pada Jumlah Pertanggungan
Beberapa
produk unit link memberi fitur utama yaitu janji putus pembayaran premi setelah
tahun tertentu, yang tergantung pada perkembangan investasi. Yang jarang
diperhatikan oleh nasabah adalah faktor inflasi yang akan memaksa nasabah untuk
menambah jumlah premi yang harus dibayarkan di masa yang akan datang. Tentunya
hal ini berlaku pula pada asuransi biasa, akan tetapi pada asuransi biasa,
calon nasabah tidak pernah dijanjikan putus pembayaran premi.
Contoh: Seseorang
mengikuti asuransi unitlink dengan porsi premi asuransi kesehatan sebesar Rp 50.000
per bulan dengan jumlah pertanggungan untuk perawatan di rumah sakit sebesar Rp
500.000/hari. Setelah 10 tahun, diprediksi return investasi dapat menutupi
pembayaran premi tersebut. Tetapi hal ini belum memperhitungkan inflasi yang akan
terjadi sampai 10 tahun ke depan. Inflasi akan menyebabkan biaya perawatan di
rumah sakit menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit
yang setara dengan Rp 500.000/hari saat ini, 10 tahun kemudian kita harus
membayar lebih besar daripada jumlah tersebut. Akibatnya premi akan semakin
besar dan putus pembayaran premi menjadi tertunda atau bahkan tidak akan pernah
terjadi.
Sebagai
catatan, dengan asumsi inflasi tahunan sebesar 7,5% per tahun dan biaya
perawatan sebanding dengan laju inflasi, maka untuk mendapatkan kualitas
perawatan seharga Rp 500 ribu/hari pada hari ini, dalam 10 tahun kita harus
membayar biaya perawatan sebesar kurang lebih Rp 1 juta/hari. Dengan
memperhatikan inflasi, rencana putus pembayaran premi pasti akan mundur atau
bahkan tidak akan terjadi, tergantung porsi investasi yang ditetapkan dan
realisasi perkembangan investasi.
Selain
itu, putus pembayaran premi bukanlah fitur spesifik unit link. Nasabah asuransi
dan reksadana secara terpisah juga dapat menikmati fasilitas ini karena
pembayaran premi asuransi bisa saja nantinya dibebankan pada return investasi
di masa yang akan datang. Perbedaannya, pada nasabah asuransi dan reksadana
terpisah, dana tersebut harus melewati kantong nasabah yang bersangkutan.
Sedangkan pada unit link semuanya telah diurus oleh pihak penyedia layanan
asuransi.
Panjang
Jalur Administrasi
Pada
investasi unit link, instruksi nasabah perlu melewati beberapa pihak: dari agen
asuransi (jika ada), ke perusahaan asuransi, dan baru kemudian mencapai manager
investasi untuk diproses. Semakin panjang rantai instruksi ini tentunya semakin
lama instruksi tersebut dapat diproses. Panjang administrasi ini dapat diputus
dengan mengalokasikan dana investasi langsung ke produk reksadana yang
dikeluarkan oleh manajer investasi, tanpa melewati perusahaan asuransi.
Selain
itu, semakin panjang jalur administrasi tentunya juga semakin banyak biaya
administrasi yang perlu dikeluarkan oleh seorang nasabah. Dengan menempuh jalan
pintas dengan cara melakukan investasi pada reksadana secara langsung, nasabah
dapat mempercepat instruksi dan sekaligus menghemat biaya-biaya administrasi.
Walaupun
reksadana adalah instrumen investasi jangka panjang, kecepatan pemrosesan
instruksi adalah faktor yang cukup kritis. Pada kebanyakan (semua?) produk
reksadana, instruksi nasabah dilakukan atas harga yang berlaku pada penutupan
hari tersebut. Sedangkan dari informasi beberapa agen produk unit link, saya
tidak sepenuhnya yakin bahwa instruksi nasabah dilakukan berdasarkan harga yang
berlaku pada penutupan hari tersebut. Bisa saja instruksi yang dilakukan pada
hari H baru akan dilakukan pada H+2, pada saat harga unit link sudah berbeda.
Keterikatan
dan Fleksibilitas
Yang
paling penting bagi yang serius untuk menjalankan investasi adalah faktor
keterikatan. Dengan memisahkan layanan asuransi dan reksadana, kita bisa
membagi proporsi di antara keduanya sesuai dengan situasi dan kondisi kita pada
saat itu, tanpa harus terikat dengan proporsi dan jumlah yang telah ditetapkan
dalam polis asuransi. Jika sedang membutuhkan uang, kita bisa tetap membayar
premi asuransi, tetapi bisa bebas berhenti menyetorkan dana investasi tanpa
harus takut kehilangan manfaat asuransi. Sebaliknya, jika sedang memiliki dana
berlebih, kita bisa menyetorkan kelebihan dana tersebut ke reksadana tanpa
harus terkena penalti atau biaya tambahan.
Selain
itu, kita juga bisa dengan bebas memindahkan dana dari satu manajer investasi
ke manajer investasi lainnya sesuai keperluan; atau bahkan memindahkan dana
dari reksadana ke instrumen investasi non reksadana tanpa harus terkena penalti
sisa dana minimum. Semua ini akan bisa dilakukan tanpa keterikatan dengan
penyedia layanan asuransi.
***
Dengan demikian saya tidak dapat melihat adanya nilai tambah yang diberikan unit link dibandingkan dengan mengikuti asuransi dan reksadana secara terpisah. Kelebihan unit link hanya ada bagi orang-orang yang belum mengetahui keberadaan reksadana sebagai instrumen investasi. Kelebihan unit link lainnya adalah kepraktisan bagi yang tidak ingin berhubungan dengan pihak yang berbeda untuk mengurusi investasi dan asuransi. Mengingat mendaftar reksadana tidak lebih sulit daripada mendaftar akun tabungan bank, saya tidak yakin manfaat kepraktisan yang didapatkan akan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Pada beberapa tahun yang lalu, saat jumlah minimum setoran pada produk reksadana mencapai puluhan juta rupiah (yang saya tahu), mungkin unit link bisa bermanfaat bagi yang ingin melakukan investasi kecil secara periodik (menyisihkan sebagian gaji bulanan untuk keperluan investasi). Tetapi pada kondisi saat ini dimana jumlah setoran minimum reksadana bisa mencapai sekurang-kurangnya Rp 100 ribu, bagi saya unit link praktis tidak lagi begitu menarik.
***
Dengan demikian saya tidak dapat melihat adanya nilai tambah yang diberikan unit link dibandingkan dengan mengikuti asuransi dan reksadana secara terpisah. Kelebihan unit link hanya ada bagi orang-orang yang belum mengetahui keberadaan reksadana sebagai instrumen investasi. Kelebihan unit link lainnya adalah kepraktisan bagi yang tidak ingin berhubungan dengan pihak yang berbeda untuk mengurusi investasi dan asuransi. Mengingat mendaftar reksadana tidak lebih sulit daripada mendaftar akun tabungan bank, saya tidak yakin manfaat kepraktisan yang didapatkan akan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Pada beberapa tahun yang lalu, saat jumlah minimum setoran pada produk reksadana mencapai puluhan juta rupiah (yang saya tahu), mungkin unit link bisa bermanfaat bagi yang ingin melakukan investasi kecil secara periodik (menyisihkan sebagian gaji bulanan untuk keperluan investasi). Tetapi pada kondisi saat ini dimana jumlah setoran minimum reksadana bisa mencapai sekurang-kurangnya Rp 100 ribu, bagi saya unit link praktis tidak lagi begitu menarik.
Namun yang
perlu diperhatikan, berinvestasi memang tidak ada salahnya karena menawarkan
banyak keuntungan. Akan tetapi, ada baiknya Anda memperhatikan jenis investasi
yang akan dipilih dan tidak mudah tergiur dengan investasi yang menawarkan
keuntungan tinggi dalam waktu yang singkat.
0 comments